ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT ANALOG SWITCH OFF (ASO) KE TELEVISI DIGITAL DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF MEDIAMORPHOSIS
Abstrak
Kemajuan teknologi di bidang penyiaran televisi telah menyebabkan digitalisasi televisi di seluruh dunia menjadi suatu keniscayaan. Migrasi teknologi televisi system analog menjadi digital tidak hanya menciptakan konten dan penyediaan layanan multimedia yang lebih tajam dan bervariasi, tetapi juga penggunaan spektrum frekuensi yang lebih efisien. Sebagai anggota International Telecommunication Union (ITU), Indonesia menetapkan analog switch off (ASO) serta beralih secara total ke televisi digital tahun 2018. Namun proses migrasi berbagai kendala sehingga penetapan itu tidak terealisasi, sehingga pada tahun 2020 melalui undang-undang Cipta kerja, Indonesia kembali menetapkan ASO pada 2 November 2022. Untuk kedua kalinya, hingga tahun 2023, migrasi televisi analog ke digital secara total belum terealisasi di seluruh Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penghambat migrasi televisi analog ke digital di Indonesia dari persfektif mediamorphosis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor regulasi penyiaran, infrastruktur dan penyediaan setup box menjadi faktor utama penyebab mundurnya penerapan televisi digital di Indonesia.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Armando, A. (2011). Televisi Jakarta di Atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjejaring di Indonesia. Yogyakarta:Bentang.
Aryadi, A.W. (2012). Migrasi ke Digital, TV Lokal Merugi Ratusan Miliar. Diakses 9 Maret 2019, dari: https://industri.kontan.co.id
Azmi, R. (2013). Analisys Model Bisnis Penyelenggaraan TV Digital, Free to Air di Indonesia.
Buletin Pos dan Telekomunikasi di Indonnesia. Hal 265-280.
Buku Putih Kominfo (2010). Komunikasi dan Informatika Indonesia White Paper 2010. Pusat Data: Kementrian Komunikasi dan Informatika. Diakses 3 Juli 2019 dari https://web.kominfo.go.id.
Dokumentasi rekaman Audio Diskusi Publik "Polemik Pengelolaan Televisi Digital dalam RUU penyiaran, 6 November 2017. Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang.
Fidler, R.(2003). Mediamorfosis. Memahami Media Baru. Pen. Hadikusumo, Hartono. Yogyakarta: Bentang Budaya. Diterjemahkan dari Mediamorphosis: Understanding New Media.
Guidlines for the Transition From The Analogue to DigitalBroadcasting. Inculding Asia-Pacific Region. ITU, 2012.
Ishadi, S.K. (2017). Menatap Rencana Undang-Undang Penyiaran yang Baru, Harapan atau Ketidakpastian? Diakses, 9 Maret 2019 dari: https://news.detik.com/
Kepentingan Publik di Atas Segalagalanya. (2017). Diakses pada 9 Maret 2019, dari: https://www.kompas.id/baca/dikbud/2017/11/07/kepentingan-publikdi-atas-segala-galanya
Panuju, R. (2015). Sistem Penyiaran Indonesia: Sebuah Kajian Strukturalisme Fungsional. Edisi Pertama: Jakarta: Prenadamedia Group.
Progress Report. (2012). Menyongsong Era Digital TV Digital Indonesia. Coffee Morning KEMKOMIMFO. Jakarta, 7 Maret 2012. Diakses 30 Maret 2019 dari: https://web.kominfo.go.id. Stimulus Deregulasi Ditfrek.
Suryanto. (2013). Indonesia Mulai Masuki Era TV Digital. Diakses 9 Maret 2019 dari: https://www.antaranews.com
Tapsell, Ross. (2017). Kuasa Media di Indonesia: Kaum Oligarki, Warga, dan Revolusi Digital. Pen. Utomo, Wisnu Prasetya. Tangerang: Marjin Kiri.
Haryanto, Agus T. 2022. Berubah! Suntik Mati TV Analalog Kini Dilakukan Secara Multiple ASO. https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6243750/
Fajarlie, Nadia I. 2022. Analog Switch Off Mulai Diterapkan. Profesor Ilmu Komunikasi UGM Desak Pemerintah Undang-Undang Penyiaran. https://www.kompas.tv/article/345489/
DOI: https://doi.org/10.36441/thesource.v4i2.1458
Article Metrics
Abstrak views : 1191 times
PDF views : 1263 times
Dimension Citation Metrics
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Article Metrics
Abstrak views : 1191 timesPDF views : 1263 times
Dimension Citation Metrics
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Jurnal Ini Terindeks di:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.